Komoditas Serat
>> Jumat, 18 Maret 2011
- Serat alam memiliki kekuatan spesifik yang tinggi karena serat alam memiliki berat jenis yang rendah.
- Serat alam mudah diperoleh dan merupakan sumber daya alam yang dapat diolah kembali, harganya relatif murah, dan tidak beracun (ramah lingkungan).
- Serat alam sebagai salah satu solusi nyata dalam dunia industri untuk mengatasi pemanasan global (global warming).
A. Serat Alami
Serat alami adalah serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat alami dapat di golongkan sebagai berikut:
- Serat tumbuhan/serat pangan; biasanya tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan terkadang mengandung pula lignin. Serat tumbuhan digunakan sebagai bahan pembuat kertas dan tekstil.
- Komoditas serat dan kulit
- Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat sutra dan bulu domba (wol).
- Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Saat ini asbestos adalah satu-satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
Kapas
Kapas adalah sebuah serat lembut yang tumbuh di sekitar biji tanaman kapas. Serat ini kemudian digulung menjadi benang dan digunakan untuk membuat tekstil halus. Kapas merupakan tanaman yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kasar hilang dalam pemrosesan.
Ketika lilin, protein, dll disingkirkan, sisanya adalah polimer alami dari selulosa murni. Selulosa ini teratur sedemikian rupa sehingga memberikan sifat kekuatan, durabilitas, daya serap yang unik.
Kenaf
Rami
Rami (Boehmeria nivea) merupakan tanaman tahunan berbentuk rumpun. Kulit kayunya dapat menghasilkan serat panjang yang sangat kuat dan mengkilap. Batang tumbuh dari rhizoma yang berbentuk ramping dan dapat mencapai tinggi 2,5 m, dengan diameter batang 1,2-2,0 cm. Serat rami merupakan salah satu bahan baku tekstil dengan cara dicampur dengan serat kapas atau poliester. Dibandingkan dengan kapas, serat rami lebih kuat sehingga banyak dimanfaatkan untuk bahan pakaian atau perlengkapan militer. Untuk dapat menjadi benang, serat rami perlu dipintal dengan mesin khusus karena termasuk serat panjang, sehingga kurang cocok bila menggunakan mesin pemintal kapas yang berserat pendek. Biasanya serat rami dipotong pendek dan dipintal menjadi benang, sehingga keistimewaan serat rami menjadi berkurang.
Kapuk Randu
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Indonesia pernah menjadi penghasil kapuk terbesar (sekitar 80 persen) sebelum perang dunia I. Sekitar 60 persen dari jumlah produksi saat itu, berasal dari Pulau Jawa, atau yang dikenal kapuk randu alias \"java kapuk\".
Sejumlah data menyebutkan tahun 1936-1937 ekspor kapuk Indonesia mencapai 28,4 juta kg/tahun. Seiring dengan minimnya peningkatan nilai tambah kapuk menyebabkan budi daya pun terus menurun. Tak ada dukungan sarana dan teknologi memadai serta minimnya permodalan semakin memerosotkan kapuk. Akibatnya kualitas dan produksi kapuk pun anjlok. Pada awal 1990-an, data yang ada menyebutkan luas areal tanaman kapuk sekitar 600 ribu ha, jumlah ini pun terus menurun.
Salah satu langkah untuk mengangkat lagi kapuk tersebut tentu dengan menawarkan manfaat produk olahan atau nilai tambah yang menguntungkan. Setidaknya melalui upaya memproduksi kapuk halus, kapuk bersih, kapuk daur ulang dan sejumlah jenis lainnya, diharapkan mendorong peningkatan budi daya tersebut. Manfaat kapuk juga tidak lagi sebatas bahan pembuat kasur dan bantal, tetapi juga pakaian pilot pesawat terbang terutama alat penyelamatan diri guna menghindari kecelakaan pesawat terbang.
Biji kapuk dapat diolah menjadi sejenis minyak goreng nonkolesterol dan minyak campuran sebagai bahan baku pembuatan sabun. Bahkan juga digunakan sebagai bahan bakar pada lampu pelita. Bungkil kapuk dapat digunakan sebagai bahan pembuat pupuk, dan dari biji juga dapat diolah untuk bahan campuran pakan ternak lainnya.
Potensi pengembangan produk olahan di dalam negeri masih cukup besar, sekalipun secara ekonomis perlu ditelaah lebih jauh. Hal itu penting karena pemanfaatan kapuk tidak saja di Indonesia tetapi menyebar menjadi kebutuhan masyarakat dunia.
Walaupun banyak produk sintetis, animo masyarakat terhadap kapuk masih cukup besar. Di antaranya dapat dilihat dari ekspor kapuk Indonesia ke negara-negara Asia, Timur Tengah dan Eropa/Amerika Serikat (AS). Sayangnya, karena produksi yang masih kecil menyebabkan ekspor kapuk Indonesia juga sangat terbatas dengan nilai-rata-rata sekitar US$ 1 juta per tahun. Selama tahun 2002 menembus angka US$ 1,3 juta.
Adapun beberapa negara yang menjadi tujuan utama ekspor kapuk pada tahun 2003 adalah Singapura (US$ 237.851), Jepang (US$ 194.253), Belanda (US$ 142.930), Cina (US$ 141.964) dan Amerika Serikat (US$ 119.615). Sedangkan penurunan pasar juga terjadi untuk pasar di Taiwan, Thailand, Hong Kong, Inggris dan Prancis. Andaikata mulai dari teknik budi daya, pemeliharaan, dukungan sarana, teknologi pengolahan dan permodalan serta akses pasar yang kuat dapat dibangun dengan baik, maka akan menambah gairah untuk membudidayakannya.
Bambu
Bambu adalah tanaman termasuk Bamboidae, salah satu anggota sub familia rumput, pertumbuhannya sangat cepat. Pada masa pertumbuhan, bambu tertentu dapat tumbuh vertikal 5cm per jam, atau 120cm per hari. Tanaman bambu mempunyai ketahanan yang luar biasa. Rumput bambu yang telah dibakar, masih dapat tumbuh lagi. Bambu dapat tumbuh di lahan yang sangat kering seperti di kepulauan Nusa Tenggara atau di lahan yang banyak disirami air hujan seperti Parahiyangan.
Di dunia tercatat lebih dari 75 genus dan 1250 spesies bambu. Bambu yang ada di Asia Selatan dan Asia Tenggara kira-kira 80% dari keseluruhan yang ada di dunia. Genus Bambusa mempunyai jumlah spesies yang paling banyak, dan terutama banyak terdapat di daerah tropis, termasuk Indonesia.
Karakteristik Bambu
Adapun beberapa sifat fisik penting bambu antara lain sebagai berikut :
- Wettability
- Kandungan air
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan petrokimia. Namun demikian, ada pula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti rayon.
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat polimer:
- polyamida nilon,
- PET atau PBT [[poliester], digunakan untuk membuat botol plastik,
- fenol-formaldehid (PF)
- serat polivinyl alkohol (PVOH)
- serat polivinyl khlorida (PVC)
- poliolefin (PP dan PE)
- polyethylene (PE),
- Elastomer, digunakan untuk membuat spandex,
- poliuretan.
Fiberglass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan bangunan kapal. Dia juga digunakan sebagai agen penguat untuk banyak produk plastik; material komposit yang dihasilkan dikenal sebagai plastik diperkuat.