Sejarah Kapuk Karaban
>> Rabu, 21 April 2010
Kabupaten Pati dan sekitarnya dikenal sebagai Java Kapok (jaman Kolonial Belanda), di Desa Karaban yang berkaitan dengan kapuk randu atau kapuk odolan. Keberhasilan usaha ini, yang terlihat sekarang hampir semua (sebagian besar) masyarakat menjadi perajin kapuk atau pengodol kapuk, sehingga Desa Karaban dikenal sebagai Pusat pengodol Kapuk Randu atau menjadi Sentra Pengodol Kapuk. Memperhatikan kehidupan pengodol kapuk di Desa Karaban, terjadi perubahan baik dalam kehidupan sosial ekonomi maupun kehidupan sosial budaya. Tingkat pendidikan keluarga (anak) sudah lebih baik dibandingkan pendidikan kepala keluarga. Hal ini tentu saja dari hasil usaha sebagai pengodol kapuk, yang terus berkembang dan memperoleh keuntungan/penghasilan yang cukup lumayan. Sebab permintaan hasil produksi terus bertambah dan penyediaan bahan baku, pengolahan, modal, tenaga kerja dan pemasarannya tidak mengalami kesulitan. Dalam pemasarannya selain kapuk tersebut diolah dalam bentuk kapuk yang telah dipres, kapuk tersebut juga diolah menjadi kasur. Kasur tersebut telah memasuki pasar keluar Jawa, seperti Sumatera, Kalimatan, Sulawesi. Karena di daerah luar Jawa masih banyak masyarakat yang tidur tanpa alas. Dan setiap stock kasur yang dibawa ke daerah Sumatera misalnya selalu terjual habis. Menurut data yang ada, kini ada sekitar 30 pengusaha kasur skala besar dan sekitar 400 pengusaha kasur skala kecil di Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Desa Karaban yang terletak sekitar 10 kilometer selatan Kota Pati ini dikenal sebagai pusat usaha perkapukan terbesar di Indonesia. Budidaya dan bisnis kapuk randu sangat terbuka lebar. Serta produksi kapuk randu dari Indonesia masih belum tertandingi negara lain. Seratnya sangat elastis, mampu menahan keluar masuknya hawa panas dan hawa dingin. Kapuk dari Jawa juga berdaya apung tinggi di atas permukaan air, berdaya redam suara, dan tidak disukai kutu.