Ekspor Biji Kapuk ke Korea Selatan 2010
>> Jumat, 24 Desember 2010
Perusahaan Daerah (Perusda) Baji Minasa, Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel) kembali melakukan ekspor 75 ton biji kapuk ke Korea Selatan (Korsel).
Direktur Operasional Perusda Baji Minasa, Ir Arifuddin usai melepas ekspor tahap kedua selama Januari mengatakan, pihaknya mengupayakan ekspor sebanyak tiga kali hingga akhir Januari 2010 dengan total ekspor 225 ton (15 kontainer). Ekspor yang dilakukan Perusda Baji Minasa, merupakan tindak lanjut dari kerjasama yang ditandatangani pada HUT ke-755 Kabupaten Bantaeng, 7 Desember 2009 antara Perusda dengan perusahaan Korea Mirae Tech Co.Ltd.
Ia berharap, melalui kerjasama yang sudah diwujudkan dalam bentuk ekspor ini dapat memeberi nilai tambah kepada masyarakat, terutama para pengumpul biji kapuk yang ada di daerah ini sebab biji kapuk selama ini terbuang percuma dan cenderung menjadi limbah. Dia mengakui, untuk memenuhi kebutuhan biji kapuk negeri ginseng tersebut, Perusda Baji Minasa tak hanya menerima biji kapuk dari Kabupaten Bantaeng saja tetapi juga dari beberapa daerah lainnya, termasuk dari Sulawesi Utara, Tengah dan Barat.
Khusus biji kapuk yang sudah diekspor sebanyak 10 kontainer (150 ton), Arifuddin mengatakan, berasal dari Mamuju (Sulbar), Bone, Soppeng, Jeneponto dan Bantaeng. "Kami juga tetap membuka diri kepada para pengumpul yang berminat memasukkan biji kapuk agar menghubungi Perusda Baji Minasa," ucapnya di pelabuhan Makassar, Minggu (17/1).
Selain melakukan ekspor biji kapuk, Perusda Baji Minasa juga ditunjuk menjadi pemasok tunggal pengadaan bahan baku ikan untuk industri pengolahan ikan PT Global Seafood Internasional Indonesia (GSII) yang berpangkalan di Kabupaten Bantaeng. Bersamaan dengan pelepasan ekspor biji kapuk, Perusda juga memasok ikan sebanyak tiga ton untuk kebutuhan produk perdana setelah perusahaan kerjasama Jepang itu melakukan uji coba produksi beberapa waktu lalu.
Bila industri pengolahan ikan tersebut sudah berjalan normal, Perusda aka menambah pasokannya menjadi lima ton/hari. Ia mengakui, masih kurangnya pasokan ikan ke perusahaan pengolahan tersebut, terkait kondisi cuaca Indonesia dan keterampilan tenaga kerja yang masih memerlukan banyak latihan. "Bila cuaca kembali normal dan tenaga kerja PT GSII semakin terampil, pasokan ikan akan ditambah sesuai kebutuhan sebanyak 10 ton/hari," tambahnya.
Untuk menunjang rencana pasokan sebanyak itu, Perusda sudah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Selayar, pengusaha ikan di Makassar, Bulukumba, Sinjai, Kota Baru Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
Khusus untuk komoditas talas, Perusda Baji Minasa bersama pihak Jepang (Mitamura) sudah melihat kondisi penanaman talas di berbagai tempat. Beberapa hektar lahan sudah siap panen, namun jumlahnya masih terbatas sehingga diharapkan mulai Maret produksi talas sudah bisa diolah menjadi komoditi ekspor. "Kita berharap, Maret juga sudah bisa dilakukan ekspor perdana talas ke Jepang," jelas Arifuddin seraya mengemukakan kegiatan Perusda yang juga sudah berjalan yakni penyaluran pupuk dan pembibitan tanaman penghijauan. (Ant)