Togo B: Varietas Kapuk Unggul Untuk Penghijauan
>> Jumat, 04 Juni 2010
Bencana alam akhir-akhit ini silih berganti melanda Indonesia. Gelombang Tsunami, gempa bumi, semburan lumpur panas lapindo, kecelakan alat transportasi (pesawat, kereta api,dan kapal laut), banjir dan banyak lagi musibah-musibah yang tak terekspos. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat mengejutkan karena luapannya sangat luas menggenangi beberapa kabupaten, mulai dari kabupaten Karanganyar, Solo, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik. Selain banjir DAS Bengawan Solo, DAS Wulan dan Juwana meggenangi sawah, tambak, jalan raya dan pemukiman penduduk di Pati, Kudus dan Demak. Banjir telah merusak ribuan rumah, menggenangi ribuan lahan sawah, bahkan telah merenggut nyawa manusia.
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sudah terjadi degradasi lahan (kritis dan sangat kritis), artinya air hujan disepanjang DAS tidak dapat diserap dengan baik, karena tidak ada tanaman. Hal ini sejalan dengan data Dirjen RLPS Departemen Kehutanan lahan kritis dan sangat kritis mencapai 30 juta ha dan apabila ditambah dengan yang agak kritis mencapai 70 juta ha (Naik Sinukaban, Artikel 12 Pebruari 2008). Degradasi lahan di DAS akibat tidak sesuainya pengelolaan lahan dengan kaidah konservasi tanah dan air, akibatnya timbulah musibah/banjir dimana-mana.
Penggundulan lahan terjadi di lereng-lereng Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan Gunung Lawu, yang menjadi pemasok air terbesar DAS Bengawan Solo. Tanaman di teras-teras yang seharusnya tanaman tahunan berubah menjadi tanaman semusim, sehingga kalau terjadi hujan air langsung mengalir dan menggerus tanah (erosi). Terjadi pendangkalan di Waduk Gajah Mungkur dan sepanjang sungai Bengawan Solo yang panjangnya mencapai 600 km, akibatnya air meluber disekitar dan sepanjang Sungai Bengawan Solo..
Kita diwajibkan berikhtiar untuk mengatasi musibah dengan menyelamatkan tanah dan air melalui penghijauan. Selamatkan DAS Bengawan Solo dan DAS Wulan dan Juwana dengan menghijaukan kembali lereng-lereng gunung Merapi, Merbabu, Lawu, pegunungan Seribu, pegunungan Kendeng Kidul/ Utara untuk mencegah terjadinya erosi. dan banjir di daerah tersebut
Salah satu tindakan nyata, telah dilakukan penghijauan melalui “GERAKAN PEREMPUAN MENANAM DAN PELIHARA 10 JUTA POHON” yang dicanangkan oleh Ibu Ani Yudhoyono (Ibu Presiden R.I). Bila 10 juta pohon menggunakan jarak tanam 10m x 10m maka lahan yang dihijauakn mencapai 10000 ha. Untuk mendukung program penghijauan tersebut dicarilah tanaman yang berfunsi ganda sebagai tanaman penghijaun, dan memberikan nilai ekonomi, berupa produksi yang dihasilkan. Tanaman yang mempunyai manfaat ganda tersebut antara lain Kapuk Varietas Togo B yang telah dilepas oleh Mentri Pertanian berdasarkan SK No. 107/KPTS/SR.120/2/2007.
Mengapa varietas ini cocok bagi penghijauan? Karena Varietas Kapuk Togo B sejumlah keunggulan antara lain cabangnya tidak lepas (luruh) dan membentuk sudut. Umurnya dapat mencapai puluhan tahun. Pertumbuhan kanopi cepat pada umur 10 tahun mencapai 15,0 m dengan lingkar batang 1,50 m, sangat cocok untuk mengatasi lahan kritis. Perakaran kuat,.pertumbuhan kesamping dapat mencapai 15,0 m, sangat cocok untuk tujuan konservasi lahan. Produksi setelah umur 10 tahun dapat mencapai 2500 glondong/pohon/tahun atau senilai Rp 1875000,- /pohon/tahun.
Hasil samping berupa : Kulit, biji, ganung, dan bunga kapuk dimanfaatkan untuk pengembalaan lebah madu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Warna serat putih mengkilat seperti kapuk jawa, sangat laku di pasaran. Buah tidak pecah dipohon, sehingga glondong (buah kapuk) bisa diselamatkan walaupun panennya terlambat dan tidak menyebabkan polusi. Tahan terhadap benalu, tanaman tidak mudah rusak.
Melihat keunggulan di atas wajar jika Kapuk Varietas Togo B layak dijadikan tanaman untuk usaha penghijauan khususnya di daerah yang memiliki lahan-lahan kritis yang relatif luas. Disamping sebagai tanaman penghijauan dapat juga dijadikan tanaman produksi dengan nilai ekonomi yang menguntungkan.
Varietas ini idealnya ditanam dengan jarak tanam 10 m dan lebar sesuai kountur lahan pada lahan miring dan 15 m x 15 m pada lahan datar. Lubang tanam dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Sedangkan pemupukan dilakukan saat tanam dengan Urea ( 1 kg/pohon), SP 36 (0,5 kg/pohon) dan KCl (0,5 kg/pohon) serta pupuk kandang 5 kg/pohon yang dicampur dengan tanah untuk menimbun lubang tanam.Bibit yang digunakan sebaiknya berasal dari okulasi.