“Nunggu sharing?
No Way!” ujar Sudarto, Ketua LMDH ( Lembaga Masyarakat Desa Hutan ) Aman Sentosa Desa Guwo Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati. Pasalnya, Sudarto yakin bahwa nilai sharing yang akan diterimanya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil pemanfaatan lahan diwengkonnya. Faktanya, optimalisasi lahan gaya Ketua Paguyuban LMDH se-KPH Pati ini, mampu menghasilkan aliran dana dengan hitungan Milyar rupiah bagi kas LMDH.
Dan boleh percaya atau tidak, semua itu hanya diperolehnya dari tanaman Kapuk Randu (
Ceiba pentandra (L) Gartin var. Indica (DC) Bakh).
Ditemui di SD yang dipimpinannya, Sudarto didampingi Hadi, seksi reboisasi LMDH Aman Sentosa, menuturkan awal mula berdirinya LMDH yang pernah meraih juara pertama tingkat Unit I itu. Menurutnya, semua berawal dari konsep PHBM yang ditawarkan Perhutani dalam sosialisasinya. “Bagi masyarakat, konsep itu merupakan sebuah pemikiran baru. Sebuah prasangka yang baik, kalau dulu masyarakat desa hutan hanya melihat, sekarang turut terlibat dan menikmati hasilnya” jelas penyuluh swadaya masyarakat ini.
Awalnya, lanjut Sudarto, masyarakat kurang yakin terhadap niat Perhutani untuk berbagi, tidak saja dari hasil produksi kayu tetapi juga pemanfaatan lahan yang ditanami sesuai dengan keinginan masyarakat. Setelah yakin, Sudarto segera menangkap peluang itu. Dengan fasilitasi Perhutani, LMDH Aman Sentosa berhasil dibentuk dan diaktenotariskan. Pengurus dipilih dari para pesanggem dan tokoh-tokoh desa yang peduli terhadap kelestarian hutan.
Hal pertama yang dilakukan pengurus, menginventarisir sumberdaya hutan yang masuk dalam wengkonnya. Hasil pengamatan inilah yang kemudian melahirkan kebijakan dasar optimalisasi ruang kelola. Menurutnya, diperlukan cara yang tepat dan cepat dalam memanfaatkan lahan untuk sesegera mungkin menunjukan dampak PHBM kepada masyarakat desa hutan. Pasalnya, potensi tegakan yang ada di wengkonnya tidak akan mungkin memberikan nilai sharing yang tinggi dalam waktu yang cepat. Alhasil, upaya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat akan berjalan lambat bila menunggu sharing hasil produksi kayu.
Para pengurus LMDH kemudian berembug untuk mencari jalan keluarnya. Hasilnya, mencoba merubah komoditas yang biasa ditanam para pesanggem dengan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi. “Komoditas ekspor seperti porang menjadi pilihan” tutur Sudarto. Selain porang, lanjut Sudarto, tanaman kapuk randu menjadi harapan bagi kas LMDH. Di wengkonnya terdapat lebih dari 9.000 pohon kapuk randu yang ditanam secara bertahap di sepanjang tepi sungai dan tepi hutan.
Menurut Hadi, menanam randu termasuk mudah dan hasilnya tinggi. “Hamanya hanya orang Mas. Pengembala sering mengambil daun randu untuk pakan kambingnya. Tapi saya akali dengan
granule, sehingga kalau daunnya diambil untuk pakan kambing, dijamin kambing yang makan daun itu pasti mati” ujarnya tertawa, seraya menyebutkan dirinya sudah memasang papan peringatan berbunyi, AWAS TANAMAN BERACUN, agar pengembala tidak mengambil daun randu untuk ternaknya.
Untuk dua tahun ke depan, tutur Sudarto, kami akan memiliki sumber dana yang relatif lebih besar dibanding sharing. Usut punya usut, dana tersebut ternyata dari hasil panen randu. Bahkan, hitungannya menembus angka Milyaran rupiah untuk setiap tahunnya. Dan, itu akan berlangsung terus secara rutin selama daur randu yang bisa mencapai umur 30 – 50 tahun.
Satu pohon randu, menurut Hadi, bisa menghasilkan buah randu sebanyak 140 kg. Buah berbentuk kapsul itu, laku dijual dengan harga Rp 2.500/kg. Artinya, setiap pohon familiBombacaceae itu, akan menghasilkan Rp 350.000. Padahal, LMDH Amana Sentosa telah menanam randu yang dititipkan kepada pesanggem sebanyak 9.000 pohon. Apabila diambil rata-rata per pohon menghasilkan Rp 250.000, dengan 4.000 pohon saja, akan mengalirkan dana sebesar Rp 1 Milyar per tahun ke Kas LMDH.
Kapuk randu menurut Sudarto, dipanen satu tahun sekali dan hasil panennya dibagi dengan pola, 70 % untuk LMDH dan 30 % untuk Perhutani. Sedangkan pesanggem yang dititipi randu oleh LMDH mendapat bagian dari LMDH yang besarnya tergantung dari jumlah pohon dan keberhasilannya menjaga pohon tersebut. Optimalisasi ruang kelola telah terbukti memberikan hasil yang lebih tinggi bagi LMDH dibandingkan dengan sharing hasil produksi. Dengan dana segar sebesar itu, LMDH Aman Sentosa dapat berbuat banyak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan.
Hal yang sama dikemukakan Jono, Wakil Sekretaris LMDH Sumber Rejeki, Desa Banyuurip, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati. Meskipun menyodorkan data dengan hitungan yang berbeda, Jono sependapat bahwa tanaman kapuk randu sangat prospektif sebagai sumber pendapatan LMDH.
Menurutnya, LMDH Sumber Rejeki memiliki 4.000 pohon randu yang merupakan hasil tanam tahun 2004. Berdasarkan pengalamannya sebagai petani randu yang biasa dalam bisnis tanaman industri serat ini, satu pohon randu menghasilkan 200 kg buah. Harga per kilo berkisar anatara Rp 1.500 sampai Rp 1.900. “Tapi, kalau tebasan hanya laku Rp 150.000 per pohon. Padahal, penebas itu bisa menghasilkan sebesar Rp 300.000 – Rp 500.000 setelah menunggu selama enam bulan” jelasnya.
Prospektif
Kapuk randu memiliki prospek yang baik sebagai sumber pendapatan LMDH. Menurut Hadi, ‘mantri randu’ LMDH Aman Sentosa, selain mudah tumbuh, harga kapuk randu relatif lebih stabil. Pangsa pasarnya terbuka luas. “Kapuk dikirim ke Karaban, di sana menerima buah kapuk dengan jumlah tak terbatas. Soalnya, permintaan kapuk untuk kasur, bantal, terus meningkat” paparnya.
Pengembangan selanjutnya dari kapuk randu ini, Sudarto berharap, LMDH Aman Sentosa dapat mengolah sendiri buah kapuk randu dan mendistribusikannya langsung kepada konsumen di luar daerah. “Selain itu, bijinya pun dapat menghasilkan minyak. Namun, kami belum tahu cara mengolah biji kapuk randu menjadi minyak dan pasar hasil produksinya nanti ” ujarnya diujung perbincangan.
Sementara itu, Jono, Wakil Sekretaris LMDH Sumber Rejeki yang juga “pemain” kapuk randu, menyebutkan prospek komoditas ini sebagai basis bisnis LMDH. “Saat ini, banyak pohon randu yang ditebang karena kebutuhan kayu untuk pembangunan. Selain itu, masyarakat juga menganggapnya menaungi ketela yang jadi tanaman pokoknya, jadi randu yang ditanam di lahan masyarakat semakin berkurang. Padahal permintaan kapuk terus meningkat. Jika Karaban panen, harga kapuk tinggi” jelasnya. Menurut Jono, masyarakat lebih memilih kasur kapuk randu dibandingkan berbahan busa atau serat berbahan sintesis lainnya. “Lebih empuk dan hangat” ujarnya tersenyum.
Soni Diantoro, KSS PHBM KPH Pati, membenarkan prospek kapuk randu ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi lahan. Menurutnya, LMDH di wilayah KPH Pati termasuk LMDH dengan sharing kecil. Optimalisasi ruang kelola dengan memilih komoditas yang prospektif menjadi satu-satunya cara mempercepat dampak PHBM terhadap masyarakat. Kapuk randu adalah salah satu komoditas yang dipilih oleh masyarakat.
Kapuk randu, lanjut KSS PHBM peraih penghargaan terbaik se Unit I ini, memiliki beberapa keunggulan, yakni : Pertama, mudah dibudidayakan, Kedua, waktu panen lebih singkat (5 tahun) dengan daur pohon bisa mencapai 50 tahun, Ketiga, harga buah randu relatif lebih stabil dengan pangsa pasar yang terjamin, Keempat, termasuk tanaman konservasi, makanya ditanam di tepi-tepi sungai, dan Kelima, memberikan keuntungan lain berupa industri lebah madu bagi masyarakat.
Menurut Soni, masyarakat Pati sudah sejak lama bergelut dengan randu. Karaban sebagai pusat kapuk randu, merupakan station market yang menjamin penyerapan hasil panen kapuk randu. “Dari Karaban itu, kapuk randu menyebar kemana-mana, hampir ke setiap propinsi di Jawa. Permintaannya terus meningkat” papar Soni seraya menyebutkan, Perhutani menyerahkan sepenuhnya pemilihan komoditas ini kepada LMDH. “Tidak ada instruksi, kami hanya mengarahkan bahwa pemilihan komoditas harus mempertimbangkan aspek pasar. Jadi, mulailah dengan pasar, baru kemudian budidayanya” ujarnya menutup perbincangan.
Dengan dana segar sebesar itu, LMDH-LMDH berkategori “kurus” dapat melakukan kreativitas sosial ekonomi sebagaimana yang dilakukan oleh LMDH-LMDH ‘gemuk’. Bahkan, upaya untuk mempercepat berputarnya roda perekonomian desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dapat dilakukan secara terus menerus dengan jaminan kontinuitas pasokan dana yang relatif lebih stabil kepada kas LMDH hingga akhir daur hidup randu.
Meninggalkan Guwo, NASHA melaju perlahan. Di kiri kanan jalan ku lihat pohon kapuk randu tegak dengan gagahnya. Daun majemuk menjari dengan 5-8 anak daun, melambai di ujung tangkai yang panjang. Percabangan mendatar seperti jeruji roda pedati, berhiaskan bunga putih kekuningan yang menggantung. Buah berbentuk kapsul, lonjong, panjang dan keras, berwarna hijau, sebagian berwarna tua kecoklatan dengan gumpalan putih serat kapuk bertabur bulir biji hitam, menyembul dari cangkang yang membuka.
Semilir angin mengiringi senyumku ketika melaju meninggalkan Pati menuju Semarang. Ada rindu yang menggantung di kelopak bunga randu. Rindu menyaksikan geliat kesejahteraan masyarakat di tepi hutan dengan baris tegakan kapuk randu.
Selamat Berjuang Sahabat ! Tuhan telah memberikan berkah lewat hutan.
Jangan biarkan berkah itu berubah menjadi musibah.
Read more...