KAMI SUKA MEMBINA KERJASAMA | KAMI MENJAGA KUALITAS PRODUK | KEPUASAN ANDA ADALAH PRIORITAS KAMI | HOTLINE CALL: (+62) 08562700040



Belaian Pohon Randu

>> Jumat, 04 Juni 2010

Jakarta - Sepasang muda-mudi tengah asyik minum es cincau. Keduanya duduk di bawah pohon berbatang besar yang berdiri di pinggir Jalan Pajajaran, Bogor, Jawa Barat. Sambil menyeruput minumannya, keduanya tampak asyik mengobrol dan bercengkrama. Namun tiba-tiba, brak! Keduanya dikejutkan oleh sesuatu yang jatuh dari atas pohon yang tingginya diperkirakan kurang lebih sekitar 20 meter hingga 50 meter, yang menaungi mereka. Sesuatu itu ternyata buah berbentuk lonjong dan tidak begitu besar. Saat jatuh, buah berwarna cokelat itu pecah dan mengeluarkan sesuatu berwarna putih dan ringan. Ya, itu kapas, yang langsung melayang-layang saat angin meniupnya.

"Untung kita duduk di bawah pohon randu, coba kalau pohon duren," kata si lelaki sambil nyengir. Si perempuan pun lantas tertawa seraya menyeruput cendolnya.
Hmmm, pohon randu. Pohon besar dengan duri-duri tajam di sekujur batangnya itu tak lagi banyak ditemui di Bogor. Di kota hujan ini, dijumpai 3 pohon besar tinggi di antara Rumah Sakit PMI Bogor dan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Sekarang sudah jarang sekali pohon randu. Coba lihat di Jakarta sekarang, produk kasur, bantal, ada nggak yang masih pakai bahan dari kapuk (kapas dari pohon Randu)?" tanya seorang teman.

Pertanyaan teman itu membuatku tergelitik. Iseng-iseng, aku bertanya ke sejumlah penjaga toko meubel dan furniture di Bogor, Depok, dan Jakarta pada Senin (31/5/2010).
"Wah, nggak ada lagi, Mas. Udah jarang sekarang yang jual kapuk," kata seorang penjaga toko meubel di kawasan Jalan KS Tubun, Bogor. Penjaga itu malah menunjukkan daerah di mana masih banyak penjualn kapuk untuk kasur.
"Biasanya di Gunung Batu dan Ciomas suka ada yang bawa kapuk untuk membetulkan kasur-kasur. Mereka suka keliling," katanya.

Saya langsung meluncur ke lokasi yang ditunjukkan itu. Benar juga, beberapa kasur dari kapuk tampak dipajang di salah satu toko di kawasan itu.
"Masih ada yang nyari, biasanya orang tua," kata Abdullah, pemilik toko meubel dan peralatan rumah tangga i di Jalan Rimba Mulya, Pasir Kuda, Ciomas, Bogor. Abdullah mengakui orang yang membeli kasur kapuk memang sangat sedikit.
Abdullah mengatakan, saat ini bahan untuk kasur, bantal dan guling yang populer adalah kapas sintetis atau busa. Belum lagi adanya spring bed yang menggunakan per atau pegas sebagai bahan utamanya. Menurut Abudullah, bahan itu konon disukai karena lebih bersih dan anti alergi. Apalagi, kasur dengan bahan itu tidak perlu dijemur untuk mempertanahkan keempukannya.
"Beda kayak yang bahan kapuk perlu dijemur, lalu dipukul-pukul dulu biar mengembang lagi. Nggak mletat-mletot kalau kelamaan dipakai. Satu lagi, kasur sekarang mungkin orang lebih suka karena ngga bakalan alergi," kata Abdullah.

Pengguna kasur kapuk semakin sulit ditemui di Jakarta. Lihat saja sejumlah rumah sakit, hotel di Jakarta. Tentu sudah berkasur busa. Pedagang kapuk yang dulu masih gampang ditemui, kini mungkin tak ada lagi. Sekitar 20-30 tahun yang lalu, kapuk masih menjadi primadona. Kala itu, hampir semua kalangan seperti pejabat, artis, ulama, dan masyarakat biasa menggunakan kasur dan bantal guling kapuk. Jemuran kasur cs di pekarangan rumah juga menjadi pemandangan yang biasa saja. Saat sinar matahari semakin terik, kasur kapuk dibolak-balik agar hangat. Untuk menjadikan kasur tetap mengembang, si pemilik memukul-mukulkan alat dari rotan ke kasur tersebut.

Jasa pedagang kapuk dibutuhkan saat kasur sudah benar-benar kempes. Pedagang itu akan mengganti kapuknya atau mengganti kain kasur yang telah lusuh.
"Kakek saya dari dahulu paling suka menggunakan kasur dari Kapuk. Buat tidur, bahkan sampai meninggalnya pun berada di atas kasus berbahan kapuk itu," kata Abdullah mengenang hidup kakeknya yang tak lepas dari kasur kapuk".
"Ya sekarang mungkin jamannya sudah beda sekarang, Mas. Sekarang orang pakai kasur kapuk, pasti pada bangkis (bersin) atau alergi. Karena tak biasa dengan 'debu' sisa kapasnya itu," ujar Abdullah.

Kapuk pohon randu boleh jadi tidak lagi dipakai untuk menghasilkan kapuk untuk kasur maupun bantal guling. Namun sejumlah penelitian menemukan, pohon randu dapat menghasilkan bahan bakar biodiesel. Produksi biodiesel kapuk randu dilakukan dengan metode transesterifikasi dengan katalis basa, yakni menggunakan methanol dan katalis NaOH. Selanjutnya uji unjuk kerja dilakukan dengan mesin uji (engine test bed) yang terdiri dari mesin diesel, generator, beban daya dan alat ukur.

Pohon Randu yang dikenal dalam bahasa latinnya Ceiba Pentandra, ini merupakan pohon triopis dari keluarga Malvaceae berasal dari Amerika Latin, Amerika Tengah dan Selatan. Selain hidup di sebagian besar benua Amerika, pohon jenis ini juga tumbuh dui Afrika dan Asia. Di Indonesia, pohon Randu atau Kapuk ini biasa disebut Kapas Jawa, Jawa Kapuk. Pohon ini biasanya tumbuh hingga ketinggian antara 60-70 meter. Batang dan banyak cabang-cabang yang lebih besar, walau tak selalu, juga berduri. Pohon dewasa menghasilkan beberapa ratus buah biji. Polong berisi biji ini dikelilingi oleh kekuningan, serat halus yang merupakan campuran dari lignin dan selulosa .

Serat kapuk itu sangat ringan, ulet dan tahan terhadap air. Proses pemanenan dan memisahkan serat biasanya dilakukan secara padat karya dan manual. Kapuk ini biasanya untuk mengisi kasur, bantal, bantalan kursi, boneka mainan seperti Beruang Teddy, zafus dan isolasi. Namun, produk-produk ini kini banyak diisi bahan serat buatan manusia atau pabrikan.
"Mas, mau tahu, soal kapuk dari pohon randu ini kan ada lagunya," kata Abdullah membuyarkan lamunan. Lagu itu berjudul Kapuk Randu, sebuah lagu bernada keroncong yang populer era 1960-an.
"Oh, Batang Kapuk Randu Nan Indah...Tampangmu tenang dan gagah...Bagai pahlawan sedang menjaga, Tanah airku yang berharga...Oh, batang kapuk randu...batang, daun, kulit, buah, biji, semua berbakti..." begitu Abdullah menyenandungkan lagu yang dipopulerkan Djoko Soesilo itu

1 comments:

Ruswati 8 Juli 2012 pukul 17.04  

Pa Haji,,,,,

Saya tertarik untuk memberdayakan kembali penggunaan kapuk randu dalam kehidupan sehari hari terutama agar masyarakat mau kembali keasal yaitu menggunakan bantal yang berisi kapuk randu..

Posting Komentar

Powered By Blogger
JANGAN SALAH MEMILIH DALAM BERBISNIS | ANDA LAYAK MENDAPATKAN PRODUK TERBAIK | HUBUNGI : ARIF MULYADI (+62) 08562700040