KAMI SUKA MEMBINA KERJASAMA | KAMI MENJAGA KUALITAS PRODUK | KEPUASAN ANDA ADALAH PRIORITAS KAMI | HOTLINE CALL: (+62) 08562700040



Togo B: Varietas Kapuk Unggul Untuk Penghijauan

>> Jumat, 04 Juni 2010

Bencana alam akhir-akhit ini silih berganti melanda Indonesia. Gelombang Tsunami, gempa bumi, semburan lumpur panas lapindo, kecelakan alat transportasi (pesawat, kereta api,dan kapal laut), banjir dan banyak lagi musibah-musibah yang tak terekspos. Banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo, Jawa Tengah dan Jawa Timur sangat mengejutkan karena luapannya sangat luas menggenangi beberapa kabupaten, mulai dari kabupaten Karanganyar, Solo, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik. Selain banjir DAS Bengawan Solo, DAS Wulan dan Juwana meggenangi sawah, tambak, jalan raya dan pemukiman penduduk di Pati, Kudus dan Demak. Banjir telah merusak ribuan rumah, menggenangi ribuan lahan sawah, bahkan telah merenggut nyawa manusia.

Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa sudah terjadi degradasi lahan (kritis dan sangat kritis), artinya air hujan disepanjang DAS tidak dapat diserap dengan baik, karena tidak ada tanaman. Hal ini sejalan dengan data Dirjen RLPS Departemen Kehutanan lahan kritis dan sangat kritis mencapai 30 juta ha dan apabila ditambah dengan yang agak kritis mencapai 70 juta ha (Naik Sinukaban, Artikel 12 Pebruari 2008). Degradasi lahan di DAS akibat tidak sesuainya pengelolaan lahan dengan kaidah konservasi tanah dan air, akibatnya timbulah musibah/banjir dimana-mana.

Penggundulan lahan terjadi di lereng-lereng Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan Gunung Lawu, yang menjadi pemasok air terbesar DAS Bengawan Solo. Tanaman di teras-teras yang seharusnya tanaman tahunan berubah menjadi tanaman semusim, sehingga kalau terjadi hujan air langsung mengalir dan menggerus tanah (erosi). Terjadi pendangkalan di Waduk Gajah Mungkur dan sepanjang sungai Bengawan Solo yang panjangnya mencapai 600 km, akibatnya air meluber disekitar dan sepanjang Sungai Bengawan Solo..

Kita diwajibkan berikhtiar untuk mengatasi musibah dengan menyelamatkan tanah dan air melalui penghijauan. Selamatkan DAS Bengawan Solo dan DAS Wulan dan Juwana dengan menghijaukan kembali lereng-lereng gunung Merapi, Merbabu, Lawu, pegunungan Seribu, pegunungan Kendeng Kidul/ Utara untuk mencegah terjadinya erosi. dan banjir di daerah tersebut

Salah satu tindakan nyata, telah dilakukan penghijauan melalui “GERAKAN PEREMPUAN MENANAM DAN PELIHARA 10 JUTA POHON” yang dicanangkan oleh Ibu Ani Yudhoyono (Ibu Presiden R.I). Bila 10 juta pohon menggunakan jarak tanam 10m x 10m maka lahan yang dihijauakn mencapai 10000 ha. Untuk mendukung program penghijauan tersebut dicarilah tanaman yang berfunsi ganda sebagai tanaman penghijaun, dan memberikan nilai ekonomi, berupa produksi yang dihasilkan. Tanaman yang mempunyai manfaat ganda tersebut antara lain Kapuk Varietas Togo B yang telah dilepas oleh Mentri Pertanian berdasarkan SK No. 107/KPTS/SR.120/2/2007.

Mengapa varietas ini cocok bagi penghijauan? Karena Varietas Kapuk Togo B sejumlah keunggulan antara lain cabangnya tidak lepas (luruh) dan membentuk sudut. Umurnya dapat mencapai puluhan tahun. Pertumbuhan kanopi cepat pada umur 10 tahun mencapai 15,0 m dengan lingkar batang 1,50 m, sangat cocok untuk mengatasi lahan kritis. Perakaran kuat,.pertumbuhan kesamping dapat mencapai 15,0 m, sangat cocok untuk tujuan konservasi lahan. Produksi setelah umur 10 tahun dapat mencapai 2500 glondong/pohon/tahun atau senilai Rp 1875000,- /pohon/tahun.

Hasil samping berupa : Kulit, biji, ganung, dan bunga kapuk dimanfaatkan untuk pengembalaan lebah madu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Warna serat putih mengkilat seperti kapuk jawa, sangat laku di pasaran. Buah tidak pecah dipohon, sehingga glondong (buah kapuk) bisa diselamatkan walaupun panennya terlambat dan tidak menyebabkan polusi. Tahan terhadap benalu, tanaman tidak mudah rusak.

Melihat keunggulan di atas wajar jika Kapuk Varietas Togo B layak dijadikan tanaman untuk usaha penghijauan khususnya di daerah yang memiliki lahan-lahan kritis yang relatif luas. Disamping sebagai tanaman penghijauan dapat juga dijadikan tanaman produksi dengan nilai ekonomi yang menguntungkan.

Varietas ini idealnya ditanam dengan jarak tanam 10 m dan lebar sesuai kountur lahan pada lahan miring dan 15 m x 15 m pada lahan datar. Lubang tanam dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Sedangkan pemupukan dilakukan saat tanam dengan Urea ( 1 kg/pohon), SP 36 (0,5 kg/pohon) dan KCl (0,5 kg/pohon) serta pupuk kandang 5 kg/pohon yang dicampur dengan tanah untuk menimbun lubang tanam.Bibit yang digunakan sebaiknya berasal dari okulasi.

Read more...

Pemanfaatan Biji Dan Bungkil Kapuk Sebagai Bahan Baku Minyak Goreng

Hasil biji kapuk kira-kira dua kali lipat berat serat. Di Jawa sebagian biji diproses menjadi minyak, yang dimanfaatkan sebagai bahan baku sabun, dan sebagian lagi untuk minyak goreng.

Minyak kapuk berwarna kuning dan tidak berbau dan rasanya tawar. Kandungan asam lemak, sama dengan minyak biji kapas, sementara persentase asam linoleat lebih rendah. Persentase minyaknya sekitar 22-25%. Bungkil hasil pengepresan digunakan sebagai bahan pupuk karena kandungan Nitrogen 4-5% dan 2% asam fosfat. Kegunaan bungkil yang pokok untuk makanan ternak, kekurangannya kulit biji tidak mudah dicernak. Cara mengatasi bungkil tersebut dicampur dengan bahan makanan lainnya. Bungkil mengandung 13% air, 6% abu, 20% serat kasar, 6% lemak, 29% protein dan 20% karbohidrat.

Selanjutnya Sahid et al. (2000) mengadakan pengamatan pada beberapa pabrik pemroses biji kapuk yang hasilnya disajikan pada skema di bawah. Biji kapuk sebagai hasil samping, dapat dimanfaatkan untuk diambil minyaknya. Umumnya minyak kapuk dicampur dengan minyak dari biji yang lain seperti minyak sawit atau kelapa. Adanya variasi asal biji mengakibatkan kebersihannya tidak seragam.



Untuk mengatasi keadaan tersebut, biji kapuk yang belum bersih ditampung di alat pengayak yang memisahkan biji bersih dengan serat yang tercampur biji. Biji yang sudah bersih masuk ke alat pengepres 1, dihasilkan minyak dan bungkil 1. Bungkil 1 masih mengandung minyak karenanya dilakukan pengepresan kedua. Berdasarkan pengamatan kandungan minyak pada bungkil II, sangat rendah. Minyak pada pengepresan I dan II ditampung kemudian disaring dan minyak yang dihasilkan cukup jernih dengan rendemen sekitar 11-13%.

Bungkil II yang berupa lempengan sebelum masuk ke mesin penggilingan dihancurkan dengan cara ditumbuk sehingga berupa lempengan kecil, dan selanjutnya digiling. Bungkil yang sudah digiling berupa tepung kandungan proteinnya cukup tinggi, mencapai 24% (Budi Saroso, 1992). Tingginya kandungan protein menyebabkan harga jualnya cukup baik yaitu Rp. 1450,-/kg. Tepung bungkil kapuk banyak dimanfaatkan oleh pengusaha pakan ternak. Tepung tersebut dicampur dengan bahan lain sehingga diperoleh ramuan pakan ternak (unggas) yang sangat baik. Perusahaan yang telah memanfaatkan tepung biji kapuk antara lain Perusahaan Pakan Ternak Comfeed dan INKUD.

Referensi
Sahid, M., Budi Saroso, Mukani dan Buadi. 2000. Diversifikasi hasil, pengolahan hasil utama dan hasil samping tanaman kapuk. Prosiding Pertemuan Komisi Penelitian Pertanian Bidang Perkebunan 220-227.

Read more...

Pedagang Kapuk yang Mencoba Tetap Eksis

Jakarta - Matahari tepat berada di garis katulistiwa. Cuaca cerah dengan sedikit awan membuat matahari makin terasa menyengat kulit. Di tengah terik matahari itu, seorang pria setengah baya tampak bersepeda keluar dari Gang Rante, Gunung Batu, Bogor.

Pria bernama Rozi itu membawa kain yang digulung berwarna merah biru dengan strip putih. Di bagian belakang, tampak dua karung besar berisi kapuk-kapuk berwarna putih.

Setiap hari, Rozi keluar masuk gang untuk menawarkan jasa perbaikan kasur-kasur yang berbahan dasar kapuk, dari pohon randu. "Ya beginilah Pak. Tiap hari saya ke sini untuk jualan kapuk," kata Rozi.

Rozi ditemui detikcom di sebuah warung makan atau tepatnya di depan Markas Bataliyon Infanteri 315/Garuda di Jalan Mayjen Ishak Djuarsa, Gunung Batu, Bogor Barat, Senin (31/5/2010) siang.

Rozi bercerita, telah menjadi pedagang kapuk dan membetulkan kasur kapuk warisan orangtuanya. Dirinya sudah mulai berjualan kapuk sejak remaja, pada akhir tahun 1970-an. Biasanya Rozi menawarkan pembuatan kasur kapuk atau memperbaiki kasur kapuk lama secara door to door.

"Biasanya sih sudah ada langganannya. Tapi sekarang ini sudah makin hilang aja langganan. Maklum, kasur kasur kapuk udah jarang yang produksi lagi, yang jualan kapuk juga udah jarang," ujarnya sambil mengibaskan topi dan meminum air dari botol.

Rozi mengatakan, sekilo kapuk yang dijualnya seharga Rp 12.000. Untuk membuat kasur baru, setidaknya pemesan atau langganannya harus merogoh kocek antara Rp 300.000, karena setidaknya membutuhkan kapuk seberat 30 kilogram.

"Mungkin kapuk dianggap mahal, karena memang sangat jarang pohonnya (pohon randu). Makanya, sekarang orang lebih banyak memilih beli kasur busa. Lebih murah dan nggak usah dijemur-jemur segala," kata Rosi.

Hal senada juga diungkapkan oleh pedagang kasur kapuk asal Lampung, Sigit Kurniawan. "Sekarang ini banyak pohon Randu (Kapuk) yang ditebangin. Akhirnya produk kasur kapuk seret juga. Banyak penebangan liar. Memang selama ini enggak ada perkebunan khusus yang menanam Randu. Hanya orang perorang aja," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Sigit, dirinya juga harus mencari sejumlah orang yang meiliki atau menanam pohon Randu. "Ya kami harus ngambil daro orang lain juga. Karena ini sudah langka di daerah saya, maka saya pesan kapuk dari Semarang, Jawa Tengah. Harganya per kilo itu sekitar Rp 25.000," katanya.

"Nah, kalau kapuk dari kampung saya lebih mahal, karena belinya kotor, karena masih ada biji-biji yang
kecil dan hitam itu. Harganya per kilo sih sekitar Rp 10.000," kata Sigit.

Dengan semakin langkanya kasur kapuk ini. Sigit berharap, agar penebangan pohon randu secara liar bisa diberantas. "Ya jangan seenaknya aja. Ya, jangan sampai mematika rezeki orang lain lah. Kasian lah sama pengusaha kecil kayak kita," pintanya.

Sigit mengatakan, usahanya yang merupakan warisan orangtuanya ini sudah langka. Padahal di Lampung sendiri sudah berdiri Paguyuban Pedagang Kasur Kapuk sejak 1990-an. Anggotanya, ada sekitar 200an orang itu.

Saat ini, para pedagang ini sangat kesulitan mencari kapuk dari Pohon Randu. Biasanya mereka berjualan secara berkeliling, baik berjalan kaki, sepeda atau motor.

Begitulah nasib kasur dan bantal kapuk. Mereka menghilang bersama mimpi-mimpi orang-orang yang tidur di atasnya. Dengarkanlah alunan lagu Randu yang dinyanyikan Andi Merie Mattalatta. "Malam mengibaskan rindu, tempatku berteduh...Dedaunan Randu bersatu fajar pagi...Siap berlari, tinggalkan mimpi...Melangkah kita berlari...Randu ayunkan langkahku...".

Read more...

Belaian Pohon Randu

Jakarta - Sepasang muda-mudi tengah asyik minum es cincau. Keduanya duduk di bawah pohon berbatang besar yang berdiri di pinggir Jalan Pajajaran, Bogor, Jawa Barat. Sambil menyeruput minumannya, keduanya tampak asyik mengobrol dan bercengkrama. Namun tiba-tiba, brak! Keduanya dikejutkan oleh sesuatu yang jatuh dari atas pohon yang tingginya diperkirakan kurang lebih sekitar 20 meter hingga 50 meter, yang menaungi mereka. Sesuatu itu ternyata buah berbentuk lonjong dan tidak begitu besar. Saat jatuh, buah berwarna cokelat itu pecah dan mengeluarkan sesuatu berwarna putih dan ringan. Ya, itu kapas, yang langsung melayang-layang saat angin meniupnya.

"Untung kita duduk di bawah pohon randu, coba kalau pohon duren," kata si lelaki sambil nyengir. Si perempuan pun lantas tertawa seraya menyeruput cendolnya.
Hmmm, pohon randu. Pohon besar dengan duri-duri tajam di sekujur batangnya itu tak lagi banyak ditemui di Bogor. Di kota hujan ini, dijumpai 3 pohon besar tinggi di antara Rumah Sakit PMI Bogor dan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).
"Sekarang sudah jarang sekali pohon randu. Coba lihat di Jakarta sekarang, produk kasur, bantal, ada nggak yang masih pakai bahan dari kapuk (kapas dari pohon Randu)?" tanya seorang teman.

Pertanyaan teman itu membuatku tergelitik. Iseng-iseng, aku bertanya ke sejumlah penjaga toko meubel dan furniture di Bogor, Depok, dan Jakarta pada Senin (31/5/2010).
"Wah, nggak ada lagi, Mas. Udah jarang sekarang yang jual kapuk," kata seorang penjaga toko meubel di kawasan Jalan KS Tubun, Bogor. Penjaga itu malah menunjukkan daerah di mana masih banyak penjualn kapuk untuk kasur.
"Biasanya di Gunung Batu dan Ciomas suka ada yang bawa kapuk untuk membetulkan kasur-kasur. Mereka suka keliling," katanya.

Saya langsung meluncur ke lokasi yang ditunjukkan itu. Benar juga, beberapa kasur dari kapuk tampak dipajang di salah satu toko di kawasan itu.
"Masih ada yang nyari, biasanya orang tua," kata Abdullah, pemilik toko meubel dan peralatan rumah tangga i di Jalan Rimba Mulya, Pasir Kuda, Ciomas, Bogor. Abdullah mengakui orang yang membeli kasur kapuk memang sangat sedikit.
Abdullah mengatakan, saat ini bahan untuk kasur, bantal dan guling yang populer adalah kapas sintetis atau busa. Belum lagi adanya spring bed yang menggunakan per atau pegas sebagai bahan utamanya. Menurut Abudullah, bahan itu konon disukai karena lebih bersih dan anti alergi. Apalagi, kasur dengan bahan itu tidak perlu dijemur untuk mempertanahkan keempukannya.
"Beda kayak yang bahan kapuk perlu dijemur, lalu dipukul-pukul dulu biar mengembang lagi. Nggak mletat-mletot kalau kelamaan dipakai. Satu lagi, kasur sekarang mungkin orang lebih suka karena ngga bakalan alergi," kata Abdullah.

Pengguna kasur kapuk semakin sulit ditemui di Jakarta. Lihat saja sejumlah rumah sakit, hotel di Jakarta. Tentu sudah berkasur busa. Pedagang kapuk yang dulu masih gampang ditemui, kini mungkin tak ada lagi. Sekitar 20-30 tahun yang lalu, kapuk masih menjadi primadona. Kala itu, hampir semua kalangan seperti pejabat, artis, ulama, dan masyarakat biasa menggunakan kasur dan bantal guling kapuk. Jemuran kasur cs di pekarangan rumah juga menjadi pemandangan yang biasa saja. Saat sinar matahari semakin terik, kasur kapuk dibolak-balik agar hangat. Untuk menjadikan kasur tetap mengembang, si pemilik memukul-mukulkan alat dari rotan ke kasur tersebut.

Jasa pedagang kapuk dibutuhkan saat kasur sudah benar-benar kempes. Pedagang itu akan mengganti kapuknya atau mengganti kain kasur yang telah lusuh.
"Kakek saya dari dahulu paling suka menggunakan kasur dari Kapuk. Buat tidur, bahkan sampai meninggalnya pun berada di atas kasus berbahan kapuk itu," kata Abdullah mengenang hidup kakeknya yang tak lepas dari kasur kapuk".
"Ya sekarang mungkin jamannya sudah beda sekarang, Mas. Sekarang orang pakai kasur kapuk, pasti pada bangkis (bersin) atau alergi. Karena tak biasa dengan 'debu' sisa kapasnya itu," ujar Abdullah.

Kapuk pohon randu boleh jadi tidak lagi dipakai untuk menghasilkan kapuk untuk kasur maupun bantal guling. Namun sejumlah penelitian menemukan, pohon randu dapat menghasilkan bahan bakar biodiesel. Produksi biodiesel kapuk randu dilakukan dengan metode transesterifikasi dengan katalis basa, yakni menggunakan methanol dan katalis NaOH. Selanjutnya uji unjuk kerja dilakukan dengan mesin uji (engine test bed) yang terdiri dari mesin diesel, generator, beban daya dan alat ukur.

Pohon Randu yang dikenal dalam bahasa latinnya Ceiba Pentandra, ini merupakan pohon triopis dari keluarga Malvaceae berasal dari Amerika Latin, Amerika Tengah dan Selatan. Selain hidup di sebagian besar benua Amerika, pohon jenis ini juga tumbuh dui Afrika dan Asia. Di Indonesia, pohon Randu atau Kapuk ini biasa disebut Kapas Jawa, Jawa Kapuk. Pohon ini biasanya tumbuh hingga ketinggian antara 60-70 meter. Batang dan banyak cabang-cabang yang lebih besar, walau tak selalu, juga berduri. Pohon dewasa menghasilkan beberapa ratus buah biji. Polong berisi biji ini dikelilingi oleh kekuningan, serat halus yang merupakan campuran dari lignin dan selulosa .

Serat kapuk itu sangat ringan, ulet dan tahan terhadap air. Proses pemanenan dan memisahkan serat biasanya dilakukan secara padat karya dan manual. Kapuk ini biasanya untuk mengisi kasur, bantal, bantalan kursi, boneka mainan seperti Beruang Teddy, zafus dan isolasi. Namun, produk-produk ini kini banyak diisi bahan serat buatan manusia atau pabrikan.
"Mas, mau tahu, soal kapuk dari pohon randu ini kan ada lagunya," kata Abdullah membuyarkan lamunan. Lagu itu berjudul Kapuk Randu, sebuah lagu bernada keroncong yang populer era 1960-an.
"Oh, Batang Kapuk Randu Nan Indah...Tampangmu tenang dan gagah...Bagai pahlawan sedang menjaga, Tanah airku yang berharga...Oh, batang kapuk randu...batang, daun, kulit, buah, biji, semua berbakti..." begitu Abdullah menyenandungkan lagu yang dipopulerkan Djoko Soesilo itu

Read more...
Powered By Blogger
JANGAN SALAH MEMILIH DALAM BERBISNIS | ANDA LAYAK MENDAPATKAN PRODUK TERBAIK | HUBUNGI : ARIF MULYADI (+62) 08562700040