KAMI SUKA MEMBINA KERJASAMA | KAMI MENJAGA KUALITAS PRODUK | KEPUASAN ANDA ADALAH PRIORITAS KAMI | HOTLINE CALL: (+62) 08562700040



Pengaruh Pemberian Konsentrat Yang Mengandung Bungkil Biji Kapuk Pada Sapi Perah Holstein

>> Jumat, 26 November 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bungkil biji kapuk(BBK) tanpa dan dengan pemanasan oven suhu 1460C selama 30 menit masing-masing30% dalam konsentrat terhadap kecernaan ransum, produk fermentasi dan jumlah protozoa rumen sapi perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) jantan berfistula. Penelitian menggunakan metode percobaan kecernaan dengan materi 3 (tiga) ekor sapi PFH jantan berfistula rumen, rataan bobot badan (BB) 452 15,72 kg, berumur sekitar 3 tahun yang ditempatkan pada kandang individual. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 3x3, terdiri dari 3 perlakuan ransum dan3 periode. Perlakuan yang diberikan adalah R0 (rumput gajah + konsentrat yang mengandung bungkil kedelai 15% dan bungkil kelapa 15%), R1 (rumput gajah +konsentrat yang mengandung BBK tanpa panas 30%) dan R2 (rumput gajah + konsentrat yang mengandung BBK pemanasan oven 1460C selama 30 menit 30%). Pemberianpakan didasarkan pada imbangan hijauan dan konsentrat sebesar 60 : 40 berdasarkan BK. Variabel yang diamati : konsumsi, kecernaan dan konsumsi nutrisi tercerna ransum; serta pH, kadar NH3, kadar Volatile Fatty Acids (VFA) dan jumlah protozoa rumen pada0, 4 dan 8 jam setelah pemberian pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diuji memberikan perbedaan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi dan kecernaan bahan kering(BK), bahan organik (BO) dan protein kasar (PK) serta konsumsi PK tercerna (KPKT), namun memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01)>0,05) terhadap pH dan jumlah protozoa rumen.

Disimpulkan bahwa penggunaan BBK tanpa pemanasan ataupun dipanaskan padasuhu1460C selama 30 menit dalam konsentrat menghasilkan respon konsumsi dan kecernaan BK, BO dan PK serta KPKT yang sama dengan ransum kontrol. Penggunaan BBK sebanyak 30% dalam konsentrat mampu mempertahankan kondisi optimal rumen dengan indikator pH rata-rata 6,32; kadar NH3 dan VFA dalam kisaran normal serta jumlah protozoa 2,69 x 105/ml cairan rumen, sehingga pada aras tersebut BBK dapat menggantikan bungkil kedelai dan bungkil kelapa. Untuk mendapatkan nilai manfaat dari BBK disarankan menggunakan BBK sebanyak 30% dalam konsentrat.

Kata kunci : Bungkil biji kapuk, pemanasan, kecernaan, produk fermentasi, protozoarumen

Read more...

Mengenal Jenis Antinutrisi pada Bahan Pakan

>> Rabu, 17 November 2010

BERBAGAI macam antinutrisi atau senyawa toksik terdapat pada berbagai biji cereal, biji legume dan tanaman lainnya. Sebagian besar zat kimia ini mengandung unsur normal dengan komposisi kimia bervariasi (seperti protein, asam lemak, glycoside, alkaloid) yang bisa didistribusikan seluruhnya atau sebagian ke tanaman. Beberapa senyawa bisa menjadi tidak aktif dengan berbagai proses seperti pencucian, perebusan atau pemanasan.
Apabila panas digunakan untuk menginaktifkan senyawa antinutrisi perlu dipertimbangkan agar tidak merubah kualitas nutrisi bahan pakan, tetapi ada beberapa kejadian kalau digunakan panas yang ekstrim bisa juga berperan untuk membentuk senyawa toksik. Adanya senyawa anti nutrisi dalam bahan pakan dapat menjadi pembatas dalam penggunaannya dalam ransum, karena senyawa antinutrisi ini akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tergantung dosis yang masuk kedalam tubuh. Penggunaan bahan pakan yang mengandung antinutrisi harus diolah dulu untuk menurunkan atau menginaktifkan senyawa ini, tetapi perlu dipertimbangkan nilai ekonomis dari pengolahan ini.

1. Phytat
Phytat merupakan salah satu non polysaccharida dari dinding tanaman seperti silakat dan oksalat. Asam phytat termasuk chelat (senyawa pengikat mineral) yang kuat yang bisa mengikat ion metal divalent membentuk phytat komplek sehingga mineral tidak bisa diserap oleh tubuh. Mineral tersebut yaitu Ca, Zn, Cu, Mg dan Fe. Pada sebagian besar cereal, 60-70 % phosphor terdapat sebagai asam phytat, kecernaan molekul phytat sangat bervariasi dari 0-50 % tergantung bahan pakan dan umur unggas. Unggas muda lebih rendah kemampuan mencerna phytat, tetapi pada unggas dewasa 50%. Kecernaan phytat terjadi karena adanya phytase tanaman atau sintetis phytase dari mikroba usus. Perlakuan panas pada ransum seperti pelleting atau ekstrusi tidak terlihatmemperbaiki kecernaan pospor-phytat.
Cara memecahkan masalah adanyaP-phytat dalam ransum yaitu :
1. Penambahan phytase: kelemahan
dari penambahan phytase ke dalamransum akan menambah biaya ransum dan phytase mudah rusak selama proses pelleting. Sebagian besar phytase didenaturasi pada suhu 65°C. Sebaiknya enzym phytase ditambahkan setelah proses pengolahan
2. Penambahan sumber pospor lainnya kedalam ransum seperti dicalcium pospat. Sebagian besar cereal dan suplemen protein nabati relatif rendah kandungan phytase kecuali dedak gandum, sedangkan biji yang mengandung minyak kandungan phytat lebih tinggi.

2. Tannin
Tannin adalah senyawa phenolic yang larut dalam air. Dengan berat molekul antara 500-3000 dapat mengendapkan protein dari larutan. Secara kimia tannin sangat komplek dan biasanya dibagi kedalam dua grup, yaitu hydrolizable tannin dan condensed tannin. Hydrolizable tannin mudah dihidrolisa secara kimia atau oleh enzim dan terdapat di beberapa legume tropika seperti Acacia Spp. Condensed tannin atau tannin terkondensasi paling banyak menyebar di tanaman dan dianggap sebagai tannin tanaman. Sebagian besar biji legume mengandung tannin terkondensasi terutama pada testanya. Warna testa makin gelap menandakan kandungan tannin makain tinggi. Beberapa bahan pakan yang digunakan dalam ransum unggas mengandung sejumlah condensed tannin seperti biji sorgum, millet, rapeseed , fava bean dan beberap biji yang mengandung minyak. Bungkil biji kapas mengandung tannin terkondensasi 1,6 % BK sedangkan barley, triticale dan bungkil kedelai mengandung tannin 0,1 % BK. Diantara bahan pakan unggas yang paling tinggi kandungan tannin terlihat pada biji sorgum (Sorghum bicolor) Kandungan tannin pada varietas sorgum tannin tinggi sebesar 2,7 dan 10,2 % catechin equivalent. Dari 24 varietas sorgum kandungan tannin berkisar dari 0,05-3,67 % (catechin equivalent). Kandungan tannin sorgum sering dihubungkan dengan warna kulit luar yang gelap. Peranan tannin pada tanaman yaitu untuk melindungi biji dari predator burung, melindungi perkecambahan setelah panen, melindungi dari jamur dan cuaca. Sorgum bertannin tinggi bila digunakan pada ternak akan memperlihatkan penurunan kecepatan pertumbuhan dan menurunkan efisiensi ransum pada broiler, menurunkan produksi telur pada layer dan meningkatnya kejadian leg abnormalitas. Cara mengatasi pengaruh dari tannin dalam ransum yaitu dengan mensuplementasi DL-metionin dan suplementasi agen pengikat tannin, yaitu gelatin, polyvinylpyrrolidone (PVP) dan polyethyleneglycol yang mempunyai kemampuan mengikat dan merusak tannin. Selain itu kandungan tannin pada bahan pakan dapat diturunkan dengan berbagai cara seperti perendaman, perebusan, fermentasi, dan penyosohan kulit luar biji.

3. GossypolPenggunaan bungkil biji kapuk (Cottonseed meal) pada hewan monogastrik dibatasi oleh kandungan serat kasar dan senyawa toksik yaitu tannin dan gossypol yaitu pigmen polyphenolic kuning. Konsentrasi gossypol dalam biji bervariasi diantara spesies kapuk dan antara cultivarnya
berkisar 0,3 dan 3,4 %. Gossypol ditemukan dalam bentuk bebas, bentuk beracun dan bentuk ikatan yang tidak toksik. Metode pengolahan biji kapuk menentukan kandungan gosipol bebas. Kandungan gossipol bebas pada pengolahan menggunakan ekstrak pelarut berkisar antara 0,1-0,5 % tetapi untuk proses expeller kandungan gossypol bebas kira-kira 0,05 %. Seluruh biji mempunyai gossypol bentuk bebas. Broiler bisa toleran sampai level gosipol bebas 100 ppm tanpa terlihat pengaruh merugikan pada performan. Ransum layer mengandung <>

4. SaponinSebagian besar saponin ditemukan pada biji-bijian dan tanaman makanan ternak seperti alfalfa, bunga matahari, kedelai, kacang tanah . Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosal, sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengan asam empedu dan kolesterol. Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi ransum karena rasa pahit dan terjadinya iritasi pada oral mucosa dan saluran pencernaan. Pada anak ayam yang diberi 0,9 % triterpenoid saponin bisa menurunkan konsumsi ransum, menurunkan pertambahan berat badan, menurunkan kecernaan lemak, meningkatkan ekskresi cholesterol dan menurunkan absorpsi vitamin A dan D.

5. MimosinTepung daun lamtoro (Leucaena leucocephala) kering sama dengan tepung biji kapuk sebagai sumber protein. Penggunaan lamtoro bisa menekan pertumbuhan broiler dan produksi telur pada layer. Nilai nutrisi yang rendah dari lamtoro karena adanya mimosin. Lamtoro mengandung mimosin sebesar 3-5 % BK, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi lain termasuk protease inhibitor, tannin dan galactomannan. Karena adanya mimosin ini penggunaan
lamtoro dalam ransum non ruminansia sebesar 5-10 % tanpa menimbulkan gejala toxicosis. Efek yang merugikan dari mimosin, yaitu menurunkan pertumbuhan dan menurunkan produksi telur. Ayam muda lebih sensitif dari pada ayam dewasa.

6. Protease InhibitorProtease inhibitor adalah senyawa yang bisa menghambat trypsin dan chymotripsin dan umumnya pada tanaman mengandung konsentrasi yang rendah kecuali kedelai. Kedelai cenderung mengandung protease inhibitor tinggi dan pada cereal lainnya rendah. Memakan kedelai mentah mengakibatkan meningkatnya berat pankreas. Penghambatan aktivitas trypsin berpengaruh pada pencernaan protein, karena tripsin adalah activator dari semua enzim yang dikeluarkan oleh pankreas yaitu zymogen termasuk trypsinogen, chymotripsinogen, proelastase dan carboxypeptidase. Pengaruh utama dari tripsin inhibitor bukan menggangu pencernaaan protein tetapi sekresi berlebihan dari pankreas. Cholecystokinin adalah peptide yang merangsang sekresi enzim pankreas dikeluarkan oleh bagian proximal usus halus yang dikontrol oleh aktivitas umpan balik negatif. Meningkatnya kadar tripsin di lumen usus akan menurunkan sekresi cholecystokinin. Sekresi cholecystokinin oleh mucosa usus karena adanya monitor peptide yaitu sebuah peptide yang disekresikan kedalam getah pankreas. Apabila pencernaan protein selesai maka monitor peptide dirusak oleh trypsin dan sekresi cholecystokinin berhenti. Adanya inhibitor trypsin dalam ransum, pankreas secara terus menerus merangsang cholecystokinin sebab monitor peptide tidak dirusak oleh trypsin. Kelebihan rangsangan ini menyebabkan terjadi hyperthrophy dan hyperplasia dari pankreas yang terlihat dari berat pankreas meningkat. Protease inhibitor mudah dinetralkan dengan pemanasan. Kerusakan ini tergantung dari suhu, waktu pemanasan, ukuran partikel dan kandungan air. Pengolahan untuk menetralkan trypsin inhibitor harus dipertimbangkan jangan sampai merusak nilai nutrisi dari kedelai.

7. Cyanogenic glycoside
(Cyanogen)
Cyanogenic glycoside, cyanoglycosida atau cyanogen adalah senyawa yang apabila diperlakukan asam dan diikuti dengan hidrolisis oleh enzim tertentu akan melepaskan hydrogen cyanida (HCN). Cyanoglycosida terdapat lebih dari 2000 spesies tanaman. Singkong (cassava) adalah hasil panen utama yang mengandung cyanogen dalam jumlah tinggi. Pengolahan singkong secara tradisional yaitu umbi dipotongpotong dibawah air mengalir untuk mencuci cyanogen. Alternatif lain yaitu umbi singkong dipotong-potong, dihancurkan dan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai HCN menguap. HCN setelah dilepas dengan cepat diabsorpsi dari saluran gastro intestinal masuk ke dalam darah. Ion Cianida (CN-) berikatan dengan Fe heme dan beraksi dengan ferric (oxidasi) dalam mitokondria membentuk cytochrome oxidase di dalam mitokondria, membentuk komplek stabil dan menahan jalur pernafasan. Akibatnya hemoglobin tidak bisa melepas oxygen dalam system transport electron dan terjadi kematian akibat hypoxia
seluler.
Beberapa cara mengurangi cyanogenic glycoside yaitu :
• Proses pembuatan pati menghilangkan cyanogen
• Pencacahan, dikeringkan atau sebelumnya disimpan lebih dulu dalam keadaan basah bisa mengurangi 2/3 cyanogen dari segar.

8. Non- starch PolysaccharideNon-starch polysaccharide (NSP) adalah karbohidrat komplek yang terlihat di endosperm dinding sel dari biji cereal. Karbohidrat ini sukar dicerna sehingga lolos dari saluran pencernaan dan mengikat air sehingga viscositas cairan di saluran pencernaan tinggi. Viscositas di saluran pencernaan meningkat menyebabkan transport nutrient menurun dan absorpsi menurun. Kedelai mengandung NSP dalam bentuk oligosaccharide. Kedelai yang berasal dari berbagai negara mengandung oligosaccharida berbeda-beda.


Pengaruh negatif dari NSP yaitu :
1) Excreta lengket dan kadar air tinggi
sehingga menimbulkan masalah litter
2) Menurunkan energi tersedia pada
burung.
3) Mempengaruhi mikroflora di saluran
pencernaan.


Read more...

Data Kapuk Randu di Jawa Timur

>> Selasa, 09 November 2010


Kapok randu (Ceiba petandra) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam pembangunan sub sektor perkebunan antara lain untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Di Jawa Timur, komoditi kapok randu diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Areal kapok randu seluas 79.352 Ha terbagi atas 75.384 Ha Perkebunan Rakyat, 634 Ha PTPN, dan 3.334 Ha PBS. Berikut ini data perkembangan areal, produksi dan produktivitas komoditi kapok randu di Jawa Timur dalam kurun waktu 2006 – 2009 :


Sentra pertanaman kapok randu pada Perkebunan Rakyat di Jawa Timur seluas 75.384 Ha terbagi atas Kabupaten Pasuruan 14.924 Ha, Sumenep 9.742 Ha, Probolinggo 5.786 Ha, Ngawi 3.776 Ha, Lamongan 3.528 Ha, Bangkalan 3.531 Ha, Ponorogo 3.226 Ha, Madiun 3.048 Ha, Blitar 2.830 Ha, Bojonegoro 2.755 Ha, Sampang 1.905 Ha, Malang 1.625 Ha, dan sisanya menyebar di 21 Kabupaten/kota lainnya.
Produksi kapok randu pada Perkebunan Rakyat sebesar 28.848 Ton dengan produktivitas rata-rata 0,507 Ton serat kapok/Ha/Tahun. Kondisi tanaman kapok randu tua/rusak (TT/TR) seluas 13.817 Ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 12.437 Ha, dan tanaman menghasilkan seluas 49.130 Ha. Teknik budidaya belum optimal.


Read more...

Tips Budidaya Jamur Tiram Di Daerah Panas

>> Selasa, 02 November 2010


Usaha budidaya jamur tiram memang sangat menggiurkan. Dilihat dari segi finansial dapat dikatakan usaha ini layak untuk dijalankan. Apalagi bagi para hobiis ataupun wirausahawan, usaha ini terbilang sangat menyenangkan dan menarik. Jika kita amati, peminat usaha budidaya ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tentu saja banyak faktor yang menjadi alasan meningkatnya peminat usaha ini mulai dari sekedar hobi, faktor jamur sebagai pangan yang sehat ataupun jamur sebagai pangan masa depan. Itu artinya usaha ini akan terus berkembang untuk waktu yang lama.

Tapi tentu bukan berarti usaha ini tanpa kendala. Bagaimanapun usaha budidaya ini melibatkan makhluk hidup (jamur tiram). Berbeda dengan benda mati, bekerja dengan makhluk hidup terkadang sulit untuk ditebak karena kondisinya yang bisa berubah ubah. Oleh karena itu ada sifat sifat makhluk hidup yang sebisa mungkin harus kita kenali tidak terkecuali jamur tiram. Salah satu yang harus diperhatikan ialah faktor lingkungan dimana jamur tiram dapat tumbuh dengan sehat yaitu berupa ketinggian lokasi, suhu, kelembapan, dan aerasi. Mengenai faktor lingkungan ini sudah dibahas pada postingan terdahulu yang berjudul pengantar budidaya jamur tiram.

Yang menjadi pertanyaan adalah bisakah jamur tiram ini dibudidayakan di luar kondisi optimum jamur tiram. Kita ketahui pada umumnya jamur tiram tumbuh baik di lingkungan yang bersuhu rendah / dingin. Lalu bisakah dibudidayakan di daerah yang panas?

Dari pengalaman yang pernah saya lakukan maka jawabannya adalah bisa. Kondisi lingkungan panas dapat kita siasati dengan berbagai cara. Cara yang paling mudah adalah dengan membuat bangunan kumbung permanen dan menggunakan AC. Wohohoho….ya terang aja! Begitulah kira-kira tanggapan sebagian besar orang.

Saya setuju bahwa cara di atas hanya bisa digunakan untuk usaha skala besar dengan budget yang besar pula. Artinya sangat tidak efisien untuk usaha menengah ke bawah. Jadi bagaimana cara kita menyiasati kendala ini dengan usaha dan budget yang rendah?.

Beberapa cara sederhana yang bisa kita lakukan diantaranya;
1. Membuat bangunan kumbung dengan sistem sirkulasi buka tutup. Pada saat siang hari sirkulasi kumbung ditutup agar kelembapan di dalam kumbung terjaga. Sebaliknya pada malam hari bisa dibuka sehingga suhu ruangan lebih dingin
2. Menggunakan bahan atap yang tidak menyerap panas
3. Menggunakan media tanam yang baik, saya rekomendasikan bungkil biji kapuk karena kandungan protein relatif tinggi dan sudah teruji berdampak baik buat perkembangan tanaman
4. Meletakkan beberapa tong/wadah air di dalam kumbung untuk membantu meningkatkan kelembapan ruangan
5. Membuat bangunan kumbung di tempat yang teduh dekat dengan pepohonan
6. Menanam banyak tanaman (perdu) di sekitar rumah kumbung
7. Bangunan kumbung dibuat lebih tinggi minimal 4 meter
8. Rak penyimpanan log jamur dibuat tidak lebih dari 3 tingkat
9. Melakukan penyiraman minimal 3 kali sehari.

Demikian beberapa solusi yang bisa diterapkan…

Semoga bermanfaat…

Apabila ada solusi/masukan lainnya silahkan rekan rekan menambahkan…

Read more...
Powered By Blogger
JANGAN SALAH MEMILIH DALAM BERBISNIS | ANDA LAYAK MENDAPATKAN PRODUK TERBAIK | HUBUNGI : ARIF MULYADI (+62) 08562700040